Belakangan kita sering membaca kejadian
pencemaran laut. Berbagai pihak mengeluhkan salah satu ancaman terhadap
lingkungan ini. Beberapa menyalahkan industri besar yang kurang peduli, lainnya
menyebutkan hanya kesalahan prosedur, lainnya beranggapan semua punya potensi
untuk mencemari laut. Berikut lebih jauh dibahas tentang seluk beluk pencemaran
laut.
Pencemaran laut didefinisikan sebagai
peristiwa masuknya partikel kimia, limbah industri, pertanian dan perumahan,
kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing) ke dalam laut, yang
berpotensi memberi efek berbahaya.
Dalam sebuah kasus pencemaran, banyak
bahan kimia yang berbahaya berbentuk partikel kecil yang kemudian diambil oleh
plankton dan binatang dasar, yang sebagian besar adalah pengurai ataupun filter
feeder(menyaring air). Dengan cara ini, racun yang terkonsentrasi dalam
laut masuk ke dalam rantai makanan, semakin panjang rantai yang terkontaminasi,
kemungkinan semakin besar pula kadar racun yang tersimpan. Pada banyak kasus
lainnya, banyak dari partikel kimiawi ini bereaksi dengan oksigen, menyebabkan
perairan menjadi anoxic.
Sebagian besar sumber pencemaran laut
berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui tumpahan.
Berikut beberapa sumber polutan yang masuk ke laut.
Buangan Kapal
Kapal dapat mencemari sungai dan samudera
dalam banyak cara. Antara lain melalui tumpahan minyak, air penyaring dan
residu bahan bakar. Polusi dari kapal dapat mencemari pelabuhan, sungai dan
lautan. Kapal juga membuat polusi suara yang mengganggu kehidupan liar alam,
dan air dari balast tank dapat menyebarkan ganggang/alga berbahaya dan spesies
asing yang dapat mempengaruhi ekosistem lokal.
Salah satu kasus terburuk dari satu
spesies invasif menyebabkan kerugian bagi suatu ekosistem, yang tampaknya tidak
berbahaya salah satunya adalah ubur-ubur. Mnemiopsis leidyi, suatu
spesies ubur-ubur yang tersebar, sehingga sekarang mendiami muara di banyak
bagian dunia.
Pertama kali ditemukan pada tahun 1982,
dan diduga telah dibawa ke Laut Hitam dalam air pemberat kapal. Populasi
ubur-ubur melonjak secara eksponensial dan pada tahun 1988, hal tersebut
mendatangkan malapetaka atas industri perikanan lokal.
Plastik
Plastik telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang, terapung dan terendap di lautan. 80% (Delapan puluh persen) dari sampah di laut adalah plastik, sebuah komponen yang telah dengan cepat terakumulasi sejak akhir Perang Dunia II. Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus juta metrik ton.
Plastik telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang, terapung dan terendap di lautan. 80% (Delapan puluh persen) dari sampah di laut adalah plastik, sebuah komponen yang telah dengan cepat terakumulasi sejak akhir Perang Dunia II. Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus juta metrik ton.
Plastik dan turunan lain dari limbah
plastik yang terdapat di laut berbahaya untuk satwa liar dan perikanan.
Organisme perairan dapat terancam akibat terbelit, sesak napas, maupun
termakan.
Jaring ikan yang terbuat dari bahan
plastik, kadang dibiarkan atau hilang di laut. Jaring ini dikenal sebagai hantu
jala sangat membahayakan lumba-lumba, penyu, hiu, dugong, burung laut,
kepiting, dan makhluk lainnya. Plastik yang membelit membatasi gerakan,
menyebabkan luka dan infeksi, dan menghalangi hewan yang perlu untuk kembali ke
permukaan untuk bernapas.
Racun
Selain plastik, ada masalah-masalah tertentu dengan racun yang tidak hancur dengan cepat di lingkungan laut. Terbagi dua, pertama kelompok racun yang suafatnya cenderung masuk terus menerus seperti pestisida, furan, dioksin dan fenol. Terdapat pula logam berat, suatu unsur kimia metalik yang memiliki kepadatan yang relatif tinggi dan bersifat racun atau beracun pada konsentrasi rendah. Contoh logam berat yang sering mencemari adalah air raksa, timah, nikel, arsenik dan kadmium.
Selain plastik, ada masalah-masalah tertentu dengan racun yang tidak hancur dengan cepat di lingkungan laut. Terbagi dua, pertama kelompok racun yang suafatnya cenderung masuk terus menerus seperti pestisida, furan, dioksin dan fenol. Terdapat pula logam berat, suatu unsur kimia metalik yang memiliki kepadatan yang relatif tinggi dan bersifat racun atau beracun pada konsentrasi rendah. Contoh logam berat yang sering mencemari adalah air raksa, timah, nikel, arsenik dan kadmium.
Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem
laut, mereka segera diserap ke dalam jaring makanan di laut. Dalam
jaringmakanan, pestisida ini dapat menyebabkan mutasi, serta penyakit, yang
dapat berbahaya bagi hewan laut , seluruh penyusun rantai makanan termasuk
manusia.
Racun semacam itu dapat terakumulasi dalam
jaringan berbagai jenis kehidupan air dalam proses yang disebut bioakumulasi.
Racun ini juga diketahui terakumulasi dalam dasar perairan, seperti muara
dan teluk berlumpur. Bahan-bahan ini dapat menyebabkan mutasi keturunan dari
organisme yang tercemar serta penyakit dan kematian secara massal seperti yang
terjadi pada kasus yang terjadi di Teluk Minamata.
Eutrofikasi
Peristiwa Eutrofikasi adalah kejadian peningkatan/pengkayaan nutrisi, biasanya senyawa yang mengandung nitrogen atau fosfor, dalam ekosistem. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan produktivitas primer (ditandai peningkatan pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan cenderung cepat membusuk). Efek lebih lanjut termasuk penurunan kadar oksigen, penurunan kualitas air, serta tentunya menganggu kestabilan populasi organisme lain.
Peristiwa Eutrofikasi adalah kejadian peningkatan/pengkayaan nutrisi, biasanya senyawa yang mengandung nitrogen atau fosfor, dalam ekosistem. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan produktivitas primer (ditandai peningkatan pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan cenderung cepat membusuk). Efek lebih lanjut termasuk penurunan kadar oksigen, penurunan kualitas air, serta tentunya menganggu kestabilan populasi organisme lain.
Muara merupakan wilayah yang paling rentan
mengalami eutrofikasi karena nutrisi yang diturunkan dari tanah akan
terkonsentrasi. Nutrisi ini kemudian dibawa oleh air hujan masuk ke
lingkungan laut , dan cendrung menumpuk di muara.
The World Resources Institute telah
mengidentifikasi 375 hipoksia (kekurangan oksigen) wilayah pesisir di seluruh
dunia. Laporan ini menyebutkan kejadian ini terkonsentrasi di wilayah pesisir
di Eropa Barat, Timur dan pantai Selatan Amerika Serikat, dan Asia Timur,
terutama di Jepang. Salah satu contohnya adalah meningkatnya alga merah secara
signifikan (red tide) yang membunuh ikan dan mamalia laut serta
menyebabkan masalah pernapasan pada manusia dan beberapa hewan domestik.
Umumnya terjadi saat organisme mendekati ke arah pantai.
Peningkatan keasaman
Lautan biasanya menyerap karbon dioksida
dari atmosfer. Karena kadar karbon dioksida atmosfer meningkat, lautan menjadi
lebih asam. Potensi peningkatan keasaman laut dapat mempengaruhi kemampuan
karang dan hewan bercangkang lainnya untuk membentuk cangkang atau rangka.
Polusi Kebisingan
Kehidupan laut dapat rentan terhadap
pencemaran kebisingan atau suara dari sumber seperti kapal yang lewat, survei
seismik eksplorasi minyak, dan frekuensi sonar angkatan laut. Perjalanan suara
lebih cepat di laut daripada di udara.
Hewan laut, seperti paus, cenderung
memiliki penglihatan lemah, dan hidup di dunia yang sebagian besar ditentukan
oleh informasi akustik. Hal ini berlaku juga untuk banyak ikan laut yang hidup
lebih dalam di dunia kegelapan. Dilaporkan bahwa antara tahun 1950 dan 1975,
ambien kebisingan di laut naik sekitar sepuluh desibel (telah meningkat sepuluh
kali lipat).
Jelas sekarang bahwa sumber pencemaran
sangat bervariasi. Tidak hanya dari hal-hal yang menurut kita hanya bisa
dilakukan oleh industri besar, namun juga bisa disebabkan oleh aktiftas harian
kita.
Tingkat
Pencemaran Laut Indonesia
Tingkat pencemaran laut di Indonesia
masih sangat tinggi. Pencemaran berat terutama terjadi di kawasan laut sekitar
dekat muara sungai dan kota-kota besar. Tingkat pencemaran laut ini telah
menjadi ancaman serius bagi laut Indonesia dengan segala potensinya.
Pencemaran laut menurut PP No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran dan/atau Perusakan Laut adalah mempunyai pengertian atau definisi
sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut
tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya.
Komponen-komponen yang menyebabkan pencemaran
laut seperti partikel kimia, limbah industri, limbah pertambangan,
limbah pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif
(asing) di dalam laut yang berpotensi memberi efek berbahaya.
Beberapa contoh pencemaran laut yang
terjadi di Indonesia seperti penangkapan ikan dengan cara pengeboman dan trawl,
peluruhan potasium yang dilakukan nelayan asal dalam maupun luar negeri yang
selalu meninggalkan kerusakan dan pencemaran di lautan Indonesia. Belum lagi
pencemaran minyak dan pembuangan limbah berbahaya jenis lainnya.
Pencemaran laut ini terjadi hampir di
seluruh pesisir lautan di Indonesia. Teluk Jakarta salah satu kawasan dengan
pencemaran laut terparah. Warna air laut di teluk ini semakin menghitam dan
sampah yang rapat mengambang di permukaan air. Kementerian Lingkungan Hidup
(KLH) menyebutkan pencemaran itu berasal dari limbah domestik dan industri yang
dibawa 13 sungai bermuara di sana. Pencemaran juga terjadi di Taman Nasional Pulau
Seribu. LSM Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) bahkan menyebutkan
telah menemukan gumpalan minyak di 78 pulau sejak 2003.
Pencemaran juga terjadi di pantai utara
Jawa Tengah. Perairan Kota Tegal, Pati, dan Semarang menjadi muara
sungai-sungai yang tercemar logam berat. Di Pulau Lombok dan Sumbawa itu,
sedikitnya 110 ribu ton tailing (limbah tambang) dibuang tiap harinya oleh
sebuah perusahaan tambang multinasional.
Di Kalimantan, pencemaran laut juga
terjadi yang salah satunya terjadi di Pulau Sebuku. Di sana beroperasi
perusahaan tambang batu bara. Air pencucian batu bara, tumpahan minyak, serta
oli saat pengapalan mencemari sungai dan akhirnya ke laut.
Catatan pencemaran akibat limbah tambang
terus berlanjut hingga wilayah timur Indonesia. Dalam laporan lem-baga itu juga
disebutkan sekitar 110 km2 wilayah Papua tercemar akibat pertambangan emas.
Selain wilayah-wilayah ini, masih banyak lagi kasus pencemaran laut akibat
aktivitas di darat.
Akibat Pencemaran Laut. Pencemaran
laut telah mengakibatkan degradasi lingkungan dan kehidupan bawah laut. Apalagi
mengingat Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia dengan luas
perairan mencapai 93 ribu km2, 17.480 pulau, dan garis pantai
sepanjang 95.000 km. Indonesia juga merupakan negara dengan terumbu karang
terbaik dan paling kaya keanekaragaman hayatinya di dunia dengan luas terumbu
karang mencapai 284,300 km2 atau setara dengan 18% total terumbu karang dunia.
Kekayaan alam dan keanekaragaman hayati laut tersebut terancam oleh pencemaran
laut yang terus meningkat di Indonesia.
Selain berakibat pada degradasi
lingkungan, pencemaran laut juga memberi akibat penurunan perekonomian nelayan.
Dampak dari pencemaran laut dan limbah telah mengakibatkan penurunan hasil
tangkapan nelayan di sejumlah kawasan di Indonesia. Sektor pariwisata pesisir
dan laut Indonesia juga menerima dampak dari pencemaran laut ini.
Sayangnya banyak diantara kita yang masih
tidak peduli dengan pencemaran yang mengancam salah satu harta kita, laut
Indonesia. Ketika PBB (1992) menetapkan 8 Juni sebagai Hari Kelautan, banyak
negara melakukan peringatan masing-masing. Namun anehnya, di Indonesia dengan rekor wilayah
lautan sangat luas gaung itu sima, tidak semenarik bila dibandingkan dengan
gonjang-ganjing politik. Dan jika pencemaran laut terus berlangsung dan
dibiarkan bukan tidak mungkin laut Indonesia yang kaya dan indah tinggal
menjadi sepotong kenangan.
No comments:
Post a Comment