Pages

Subscribe:

Labels

Tuesday, October 4, 2011

Contoh macam - macam puisi


Puisi ode :
1. Ode untuk Surti
perempuan,
melangkah sendirian
ada merah di matanya
menyala
pekat
menyisir langkahnya
saat mathri terbelah
tepat di atas kepalanya
perempuan diam
tangannya terkepal
langkahnya terhenti
tepat
di gerbang matahari
kecewa
yang bertumpuk
dan terus menumpuk
meninggalkan seonggok luka
membuatnya menjadi singa

2. Ode Buat Azha

Tentulah terbuhul dalam adamu,
aji pekasih yang memikat seluruh ingatan
hingga aku serasa tagih, diasyiki mistik
tak berkesudahan, tiap kali kuhayutkan,
kepadamu kembali tertambat angan angan
rindukah berdesir, apa sirap darah tak tertafsir?
kala gigil dan sengkala menyeraikan aromamu,
satu persatu tereja jua, lirik lirih romansa
yang merasuki sejarah panjang air mata
wajah pualamu terus ku tanda, Azha
begitu manis, begitu magis
kaukan yang dulu berbisik dalam gerimisku ?
duh, kenangan!
selalu saja ada yang tertinggal
di saat waktu tak lagi menjengkal
di sini rengkuhan purnama berganti luput
kilau bayangmu satu satunya keramat
yang ku panut
ajarkan padaku, Azha
bagaimana caranya memupusmu dari ingatan
agar aku bisa melepas angan angan
tanpa harus merasa kehilangan

 





Puisi Elegi :
1. Elegi dini hari
Sepi Malam dan Kerik Jengkerik di Beranda
Adalah dendang nyanyian rindu terlukis diam-diam
pada rangka langit dan bintang yang mendelik cemburu
sementara embun luruh perlahan menyentuh
pucuk rerumputan, kaca jendela, helai daun,
juga bening mataku yang nanar menatap
setiap serpih kenangan menggigil dalam gelap
Ketika desah nafas tertahan di desir angin
yang lembut bertiup di selasar
kupagut segala perih lalu kubungkus rapi
pada sebuah sajak pilu
tentang angan tak tergapai
tentang cinta yang merana
tentang resah yang senantiasa membuncah
tentang mimpi-mimpi tak bertepi
dan tentang senyap yang kerap meratap
saat dini hari enggan mengusir
kunang-kunang yang berpendar sia-sia
pada gelap malam
ketika bayangmu muncul
dari sudut bulan separuh purnama

2. Elegi Bangsa Seribu Warna
Terusik dalam kelam hitamnya dunia
Ketika perang terus berluluh lantak
Ketika bumi segan mendekati mati
Dan setan berlabuh antara jiwa kotor
Pernah terukir di tangan lusuh ini
Berlumurkan darah-darah keabadian
Atas bangsa yang berhias warna
Tuk bersatu menantang api-api benci
Mungkin manusia terlalu kejam
Mungkin juga ini sensasi tiada batas
Entah seperti apa lorong cinta itu
Di atas laskar bendera suci kita
Indonesia, inikah citra merah putih itu
Sudahkah terlalu petang untuk semua
Berdiam diri di bangsa merdeka ini
Janganlah kau membisu tak berangan
Langkahkan kuat cakar kaki-kaki ini
Bertualang mencari permata surgawi
Lepaskan penjara kebodohan kami
Bebaskan mata ini melihat damai




Puisi Satire  :

1. Rokok

Pagi hari yang sunyi
Kau temani diriku
Ku hisap kau pelan-pelan
Kau masuki setiap inci paru-paruku
Kurelakan tubuhku kau rasuki
Ku tahu itu
Ku rasakan itu
Kopi cinta sebagai pasanganmu
Menemani hari-hariku
Tak lebih tak kurang
Penghancur pelan
Dengan nikmat sesaat
Makin ku hisap dirimu
Makin tak kuasa ku tolak
Walau ku sadar kau wahai racun jingga
Yang mengotori setiap tetes darahku
Aku harus berhenti menjadikanmu teman
Kau harus kutinggalkan di hari-hariku kini
Walau dalam kesendirianku
Dalam kesunyian dan kesepian
Aku yakin aku bisa
Selamat tinggal racun jingga

2. Cinta Tuhan

Kurangkaki pagi ini dengan doa
Ku berjalan dengan mantap menuju-Mu
Dengan harap tanpa tepi
Ku yakin Kau ada

Atas nam cinta
Aku terus bekerja
Atas nama cinta
Ku relakan tubuhku berkelana

Ku teriak dalam sunyi
Ku berontak dalam hati
Ku tahu Kau takkan diam
Ku tahu aku milik-Mu

Ku tepekur dalam keramaian dunia
Jiwaku berjalan dalam kematian hati
Sepercik cahaya terlihat dari lorong gelap
Ku hanya ingin kesana
Menuju Mu
Bersama Mu

Puisi Hymne :

1.HYMNE BAGIMU MATI

Setiap Orang takut Mati

Setiap Mahluk takut Mati

Wajar, Agaknya ini Takut Sejati

Tidak! Jika Kita Melihat Teliti

Itu Tipuan-Mata Memori Piranti

Yang direkam di Pakaian Bumi

Seperti Kancing Tertinggi

Di Kerah Dasi Kemeja Bumi

Yaitu Jasmani, Baju Kerja di sini

Kancing bisa dicopot, tapi terus memakai Dasi

Program itu pun dapat dimodifikasi

Bahkan dihapus seluruh Isi

Tumpuk di atasnya Rekaman Mutakhir Baru

Yang Hakiki dan penuh Haru

Bahwa Kehadiran Kita di Bumi

Hanya jalankan Misi dari Tuhan Kami

itu pun perlu diikat, dipasung, dikunci

Karena menjunjung Bola Mesiu Marah-Benci

Jika Kancing Tertinggi telah ditanggalkan

Dan Baju Bumi teiah dilepaskan

Tak ada Kotoran melekat di Ruh Insan

Semua ditinggai dalam Rekaman

Yang erat Melekat di Pakaian

Pulang, hanya mengenakan Cahaya

Pulang, hanya berkendara Iman Percaya

Pulang, hanya untuk Kembali Suci Digdaya

Mati selalu dipakai menakut-nakuti

Untuk Mendidik Moral Budi Pekerti

Sebenarnya Orang tak musti takut Mati

Kalau Kasih dan Percaya Teguh Dihayati

Mati itu Suci, Indah, Penawar Lelah

Puncak Himalayanya Cinta Allah

Tak pertu lagi Mendaki, Memanjat Tali

Karena telah tiba di Rumah Hakiki Kembali


2. Kesetiaan
Kesunyian mengikuti langkah kaki
sang malam Setia menanti dari ujung
 senja hingga diperaduan Meski
 berselimutkan kedinginan
Dengan diiringi hymne kesunyian dan hanya
bersandar pada rasi bintang Kesunyian tetap
menggenggam jemari sang malam
Dengan langkah perlahan menyusuri sungai kehidupan
Melewati lembah, singgah di puncak gunung
Terbawa angin kedesa-desa Terseret ombak ketengah samudra
Kadang hujan gerimis menemani.







PUISI DRAMATIK :

1. Senyum Anak Bengawan Solo
Kaki-kaki yang kokoh menerjang batu nan tajam dan berlumpur
Yang menggeliat untuk mencari keceriaan senyum dan hati anak-anak yang damai
Seolah-olah tak berbatasi waktu,
Anak-anak itu larut dalam kebahagiaan
Senyum dan tawa membahana, menembus langit yang biru,
Kesedihan batin tertutupi riang selama semalam
Esok kan menyambut mereka dengan tawa yang merekah
Kini aku tahu,
Aku mencintai tawa dan senyum itu,
Karena senyum dan tawa itu mencintaiku.
2. DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

No comments:

Post a Comment