Pages

Subscribe:

Labels

Monday, June 11, 2012

I don't know


Aku menulis ini karena tadi saat aku mengerjakan soal ujian Kewirausahaan, aku membaca dua kata yaitu Weak dan Strong. Kata tersebut membuatku berpikir, aku punya kelemahan dan juga kelebihan. Tapi kadangkala keduanya bisa menyiksa. Contohnya adalah dari umur 10 tahun sampai sekarang, semua terlihat salah dimataku. Apa itu kelemahan atau kekuatan? Aku rasa itu adalah kelemahan yang membuatku seperti orang aneh sedunia. Seperti di sekolah, aku melihat kesalahan yang orang lain bilang itu benar. Ujian kenaikan kelas, mereka semua terlalu takut mendapatkan nilai jelek sehingga mereka melakukan ujian dengan cara yang tidak jujur. Sehingga yang lebih pintar dibawah yang kurang pintar. Terus akhirnya mereka dipuja-puji, dikatakan sebagai orang yang memiliki kemajuan. FUCK THAT! Aku tak peduli dengan nilai. Bahkan aku setuju jika ujian satu persatu di ruangan tertutup. Aku bangga memiliki nilai nol daripada tertawa dalam kebohongan. Pertanyaan yang sering muncul dalam benakku adalah apa nilai menentukan segalanya? Tidak, salah besar orang yang menjawab iya. Buktinya banyak sarjana yang belum memiliki pekerjaan layak. Kita ambil contoh yang sederhana, almarhum ayahku seorang sarjana hukum, seharusnya ia setiap hari memakai jas, berdasi, menenteng koper kemana-mana. Ternyata kenyataannya? Dia hanya seorang tani tambak. Menyedihkan bukan? Itu bukti bahwa nilai bukan segalanya. Mereka terlalu takut untuk jujur, mereka lebih mementingkan nilai karena mereka pikir dengan nilai yang tinggi mereka akan hidup sejahtera sampai mati, bullshit. Nilai hanya sekumpulan angka yang tertulis dalam buku yang mereka sebut rapot atau tertulis di selembar kertas yang mereka sebut sertifikat. Jujur aku tak bisa apa-apa. Aku hanya orang bodoh yang sok tahu dan munafik. Matematika dimataku seperti bahasa dari planet lain. Fisika dimataku hanyalah sekumpulan huruf dan angka sehingga tak dapat disangkal lagi fisika adalah pelajaran yang paling membosankan. Bahasa inggris memang aku suka tapi aku hanya mengerti saat menonton film barat, tanpa subtitle aku tahu apa yang mereka ucapakan. Bahasa Indonesia, aku terlalu bingung dengan semua teorinya. Apalagi saat praktek diskusi ataupun negosiasi, dimataku itu hanyalah pelajaran untuk belajar menjadi orang yang super cerewet. Kkpi itu adalah pelajaran yang membahas tentang tata cara pengetikan, Microsoft office, scanner, atau yang lebih lucu lagi adalah saat disuruh desain rumah lewat power point. Itu adalah penyelewengan fungsi. Power point digunakan untuk persentasi bukan desain rumah. Apa itu perlu? Menurutku tidak, aku lebih suka belajar lewat internet, melihat video cara-cara bongkar pasang laptop, membuat aplikasi, sampai belajar desain baju. Buat apa menunggu diajari kalau aku bisa belajar sendiri? Daya tangkap otakku lebih nyaman jika lewat indra pengelihatan bukan pendengaran. Jadi buat apa memaksaku menulis dan mendengar? Toh otakku tak bisa menangkap dengan baik kalau lewat pendengaran. Jadi intinya, pengalaman lebih berharga daripada nilai. Kelemahan aku yang lainnya adalah kenapa aku tak bisa menjadi remaja yang lain? Mereka bisa bersenang-senang seolah mereka tak punya beban dan tak berpikir serumit aku. Aku ingin seperti mereka tapi diri ini seperti menolak semua itu. Jiwaku merasa senang ketika aku menutup semua pintu dan jendela, tak lupa semua tirai yang ada di rumahku. Sehingga sangat gelap dan hanya aku, aku dan aku. Aku merasa ini adalah kelemahanku yang sangat buruk. Bagaimana kalau aku tiba-tiba mati? Apa semua orang akan tahu? Ah… jangan bergurau aku bahkan tak kenal dengan tetangga depan rumahku. Jadi apa mereka peduli? Tentu saja tidak. Mereka memandangku seperti aku adalah orang aneh, yang selalu menutup diri di rumah yang kecil dan gelap tanpa ada jedela yang terbuka. Tapi mengapa aku sangat menyukai keadaan seperti itu? Aku suka gelap, aku suka tempat yang tertutup, aku suka menulis dan menciptakan sesuatu saat tak ada kebisingan muncul dibalik pintu rumah yang selalu tertutup. Entah kenapa aku suka sendirian, seolah rumahku adalah duniaku. Dunia yang sangat sempurna bagi seorang pecundang sepertiku.
            Ada kelemahan ada juga kelebihan seperti yang aku tulis tadi. Teman-temanku di luar sekolah bilang aku tidak normal. Tidak normal dalam arti aku bisa menguasai apa yang baru aku lihat. Kadang aku bertanya-tanya kenapa? Aku tak pernah mendapat peringkat satu, aku tak pintar dalam urusan mata pelajaran apapun? Aku hanya meniru apa yang aku lihat. Seperti tutorial perbaikan laptop, corel draw, bahkan cara untuk menjadi penulis yang hebat. Semuanya hanya dengan melihat, bahkan tanpa pengulanganpun biasanya aku langsung bisa menguasai. Itu super aneh? Tentu saja itu aneh. Seperti sahabatku yang mengatakan “Opo’e seng gak iso mbari awakmu iku vis, koen iku sumpah gak normal, wedi aku.” Aku tak habis pikir, darimana ia bisa mengatakan seperti itu? Banyak sekali hal yang aku sendiri tak bisa menyelesaikannya. Contohnya adalah saat berhadapan dengan soal Matematika tentang aljabar paling sederhanapun aku tak bisa. Jadi ini normal? Aku harap ini sesuatu yang normal dan ini pernh dialami oleh semua orang di dunia ini. Aku takut aku akhirnya menjadi satu-satunya orang yang seperti ini seumur hidup.



Maaf jika tulisan saya menyakiti seseorang. Saya hanya mencoba menulis apa yang ingin saya katakan dan rasakan.


No comments:

Post a Comment